Pertemuan Ke 20 Hari/Tanggal : Jum’at, 1 Juli 2022 Narasumber : EDI
S. MULYANTA Moderator : ROSMINIYATI Tema : MENGUAK
DAPUR PENERBIT MAYOR Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Semoga kita
semua tetap dalam lindungan Alloh Yang Maha Kuasa agar kita dapat
melaksanakan ibadah serta aktifitas-aktifitas lainnya. Alhamdulillah pada malam ini, Jum’at tanggal 1 Juli
2022 kita masih diberi kesehatan dan
kesempatan untuk mengikuti pertemuan ke 20 kegiatan Belajar Menulis PGRI
Nusantara dengan tema “MENGUAK
DAPUR PENERBIT MAYOR” dengan
narasumber yang sangat berpengalaman yaitu Bapak EDI S. MULYANTA. Dan
moderator Ibu ROSMINIYATI. Seperti biasa di awal pertemuan Ibu moderator membuka
kegiatan belajar menulis dengan menyapa peserta dan menyampaikan materi yang
akan dibahas malam ini dan juga susunan acara. Adapun susunan acara malam ini
yaotu : 1. Pembukaan 2. Pemaparan materi 3. Tanya jawab 4. Penutup Untuk sesi tanya jawab, pertanyaan bisa disampaikan ke
nomor HP 08127396949 (Rosniniyati) dengan format: nama, asal kota/sekolah dan
pertanyaan. Acara dibuka dengan sama-sama membaca Bassmallah. Selanjutnya Ibu moderator
memperkenalkan CV sang narasumber malam ini. Nama : Edi S.
Mulyanta S.Si, M.T. Hobby : Membaca, Menulis, Olah Raga, Musik Fb
: https://www.facebook.com/edis.mulyanta Weblog
: https://www.pbuandi.com http://bukudigital.my.id http://ebukune.my.id Pendidikan 1. S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994 2. S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta
2006 Riwayat Pekerjaan 1.
Staff LitBang Komputer PT. Wahana
Semarang 1994-2000 2. Staff
EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001 3. Dosen
dan Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2000-2001 4.
Dosen
Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2001 5.
Staff Net Business PT. Bayu Indra
Grafika Yogyakarta 2001 6.
Staff Litbang Penerbitan ANDI
Jogjakarta 2002-2003 7.
Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta
2004 – 2019 8.
Publishing Consultant & E-Book
Development Penerbit Andi 2020- Sekarang 9.
Founder Pasar Buku Digital
ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 – Sekarang 10. Dosen
Tamu Mata Kuliah Tipografi Dasar dan Tipografi Aplikasi, Universitas Esa
Unggul Jakarta, 2021 11. Dosen
Tamu Penguji Tugas Akhir Fakultas Desain dan Industri
Kreatif Universitas Esa Unggul Jakarta, 2021 Karya tulis buku https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao Bapak narasumber mulai memasuki ruang chat dengan memulai menjelaskan bahwa beliau sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku, awalnya beliau adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta. Pada saat Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier beliau mengelola penerbitan buku Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia. Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia. Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.. Bapak ibu sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan. Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain. Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH). Penerbit seperti mereka, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring. Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum. Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya. Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar. Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar Bapak ibu tentunya mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru. Penerbit-penerbit mayor
mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika
mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut. Toko
buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko
buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus. Tema
buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks,
seperti buku Anak, Buku Motivasi dan
Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku
terlaris di setiap toko buku di Indonesia. Yang menjadi permasalahan
klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi
buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku. Konsep
dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai.
Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit
akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit,
akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya
dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR
Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll. Skema penerbitan Indi,
sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah
naskah dapat diterbitkan. Maraknya
penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah
terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya
nomor ISBN di perpustakaan nasional. Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan Apakah manfaat ISBN tersebut? ini saya ambil dari presentasi perpustakaan nasional tentang fungsi ISBN Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5 tersebut, pada dasarnya bukan
karena kesalahan ekosistem penerbitan. Saat ini konsep penerbitan buku oleh
pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017,
dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat. Perpustakaan nasional akhirnya memberikan
kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah
dijatah oleh ISBN Internasional. ini adalah struktur utama ISBN, pada publication
element menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk
mengetahu jumlah rata-rata produksi buku sebuah penerbit. Semoga dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu
masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus
disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang. Nah buku apa yang dapat bapak ibu tulis, sebaiknya
bapak ibu mengikuti aturan pemerintah yang paling baru. Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran
utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia. Buku ini
melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit
mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di
buku pelajaran biasanya yang lebih siap. Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar
yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak
mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di
proyek-proyek pemerintah. Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet
utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional. Penerbit mayor mempunya saluran pemasaran yang cukup
banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa
berkelit di saat yang sulit. Sebagai calon penulis dapat mencoba menawarkan semua
tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar
buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur
melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di
Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi. Ini kesempatan
bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup
menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam
mencari peruntungannya. Kesimpulan Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan
mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya.
Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan
dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda
dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca. Demikian paparan Bapak narasumber tentang gambaran dunia penerbitan di Pasca
Pandemi yang cukup memporak porandakan lini bisnis penerbitan. Semoga pasar
buku bisa kembali pulih, dan naskah bapak ibu sekalian akan menghiasi rak-rak
toko buku kembali, dan tas-tas sekolah anak didik kita.. Selanjutnya adalah sesi tanya jawab *P 1 Assalaamu'alaikum
Pak, Yandri
novita sari izin bertanya. Untuk
lolos di penerbit mayor apalagi penulis pemula yang nama nya tidak familiar
sama sekali tentu butuh usaha ekstra agar bisa lolos di penerbit mayor. Sebagai
pemula tentu yang dikejar pertama itu penerbit indie. Pertanyaan
yandri: 1.
Apa boleh, misal kita menerbitkan buku solo lewat penerbit indie.. Trus nanti
pengen buku kita ada di penerbit andi, atau gramedia yang notabane nya mayor Apakah
bisa itu pak? 2.
Untuk lolos di penerbit mayor (penerbit andi) misal yandri pengen nulis berupa novel, nah untuk kriteria novel yang
lolos di penerbit andi itu yang bagaimana pak? Apa genre nya humor, romansa,
magic, horor dan lainnya pak. 3.
Apakah ada penulis pemula yang lolos dipenerbit andi tanpa menggandeng
penulis senior pak? Jawaban : 1. Pada
dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di dalam satu penerbit saja. Karena hak
cipta ada di penulis, maka penulis dapat menerbitkan edisi selanjutnya ke penerbit lain dengan
mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula mengalihkan hak terbit. 2. Novel
adalah genre yang laku di toko buku dan proyek pemerintah. Nah novel yang
bisa lolos di penerbit memang harus mempunyai tema yang kuat, ada unsur
pendidikan, lokalitas daerah juga menarik bu. Sebagai contoh Laskar Pelangi itu
mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat dunia pesantren. Dll.
Genre Humor - contohnya tulisan-tulisan Raditya Dika, masih cukup menarik,
hanya perlu riset untuk menentukan tema baru apa untuk generasi digital saat
ini. 3. Penulis
pemula mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya. Untuk
menulis solo memang butuh perjuangan yang lebih berat. Untuk mengatasi nama
yang belum dikenal, bapak ibu bisa meminta kata pengantar, atao comment untuk
mendongkrak pasar. *
P 2 Nama
Asep Saya Hidayatullah MIN
2 Pandeglang Bagaimana
prosesnya daftar cetak buku dan pembiayaan bagaimana dan benefitnya apa? Jawaban : Ada
dua konsep yang berbeda, yang perlu bapak ibu ketahui dalam memproduksi buku.
Mencetak buku atau menerbitkan buku, keduanyaa mempunyai arti yang berbeda
sekali. Mencetak buku, hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses editing,
setting, dan desain cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis sendiri. Menerbitkan
buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses menjadi buku. Ada proses
editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan buku luar (cover) dan back
cover. Untuk
naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya, dengan terlebih dahulu
melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan atau tidak. Karena
cukup ketatnya kajian bisnis sebuah buku, sehingga banyak buku yang tidak mampu dijual oleh
penerbitnya, sehingga diputuskan untuk dikembalikan ke penulisnya. Penulis
terkadang membiayai sendiri karena mendapatkan sponsor, menang hibah
penulisan dari pemerintah, atau pembiayaan sendiri * P
3 Assalamualaikum Pak saya bu Elmi dari Riau BM 25 mau bertanya. 1. Apa syarat utama naskah dapat diterima oleh penerbit mayor. 2. Setiap penerbit tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Yang saya
tanyakan apa kekurangan dari penerbit mayor. 3. Apa trik yang harus dilakukan oleh penulis pemula agar naskah dapat deal dengan cepat pada
penerbit mayor. 4. Kira-kira berapa target penerbitan naskah pada setiap bulan/tahunnya
pada penerbit mayor. 5. Kira-kira saat ini apa tema-tema yang akan diterbitkan oleh penerbit
mayor. Tentu saja orang dapur pasti tau dong pak. Boleh kan kami dikasih
rahasianya sedikit Jawaban : 1. Syarat
utama adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran),
mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?geo=ID) 2. Kekurangan penerbit mayor adalah jumlah judul, jumlah produksinya yang
besar, serta saluran pemasaran yang beragam sehingga proses cukup lama dan
rumit. 3. Naskah harus berani diusulkan ke penerbit, gandeng penulis-penulis
senior yang ada di group ini. Sudah 25 angkatan, sehingga tidak ada salahnya
bapak ibu bersilaturahmi dengan teman-teman angkatan sebelumnya. Tulislah
buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti kurikulum baru, merdeka
belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill untuk anak didik kita.
Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang untuk di ulik. Buku
yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anaik. 4.
Target terbitan penerbit ANDI adalah 500 judul per tahunnya. Selanjutnya adalah penutup dan doa yang ditutup oleh
Ibu narasumber Saya akhiri resume saya dengan harapan semoga materi
malam ini bermanfaat bagi saya sendiri maupun orang lain. Dan bekal materi
malam ini menambah wawasan kita tentang syarat apa saja yang harus kita
penuhi agar buku kita bisa diterbitkan oleh penerbit mayor. Terima kasih banyak untuk narasumber hebat dan
moderator yang luar biasa serta kepada semua peserta pelatihan malam ini. Sampai bertemu di pertemuan berikutnya. Semoga Alloh
SWT senantiasa memberikan kita kesehatan dan kesempatan untuk terus belajar.
Aamiin Wassalam Salam Literasi Lombok
Timur, 1 Juli 2022 |
|
|
|
|
|
|
|
Di sajikan tuntas sampai ke akar2 nya yah bu.. Mantap buu
BalasHapusMantul...tetap semangat
BalasHapusAyo Bu buat buku solonya nembus penerbit andy
BalasHapus