Tugas 1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1
Oleh : MISPALAH, S.Pd.
CGP Angkatan 7
SMPN 2 LABUHAN HAJI
Di tahun 2022 saya berkesempatan untuk mengikuti Program
Calon Guru Penggerak Angkatan ke 7. Sebenarnya dari angkatan ke 1 saya sudah
mencoba untuk mendaftarkan diri, tapi waktu mengisi essay saat itu, saya
kehabisan waktu, sehingga tidak bisa lolos ke tahap berikutnya. Dan saya terus
mencoba di kesempatan-kesempatan berikutnya dan di Angkatan ke 7 inilah Alloh
memberikan kesempatan bagi saya.
Mengapa saya tertarik dengan Program Guru Penggerak ini?
Karena saya yakin setiap program yang diluncurkan oleh pemerintah adalah
hal-hal yang sudah dipikirkan dengan matang untuk kemajuan pendidikan
Indonesia.
Setelah dinyatakan lulus pada Angkatan ke 7 dan
selanjutnya mengikuti pretest tanggal 21 Oktober 2022 dan dilanjutkan dengan
mempelajari modul 1, mengikuti Loka Karya I tanggal 23 Oktober 2022. Dan mulai
saat itu saya mendapatkan pengalaman baru dari Praktik Pengajar, teman-teman
CGP lainnya dan selanjutnya materi lebih mendalam saya dapatkan dari
mempelajari modul dan juga bimbingan dari Bapak Fasilitator dan Ibu Instruktur.
Sejujurnya saya akui, sebelum mengikuti Program Calon
Penggerak ini, saya percaya bahwa saya akan merasa berhasil sebagai guru jika
siswa-siswa saya berhasil mendapat nilai yang bagus atau bisa mencapai target
yang saya inginkan. Dan saya adalah termasuk guru yang masih agak kaku dalam
mengajar, lebih sering menggunakan metode ceramah atau lebih mendominasi di
dalam kelas. Karena kebetulan mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Bahasa
Inggris yang bisa dibilang pelajaran yang agak sulit bagi siswa dan juga tidak
begitu diminati. Jadi, dengan saya menjelaskan semua materi yang saya ajarkan
dengan kemampuan ilmu yang saya miliki akan membuat siswa saya bisa memahami
materi tersebut. Saya kadang termasuk tipe orang yang idealis yang berharap agar semua siswa saya bisa cepat memahami apa
yang saya ajarkan dan bisa dan berharap mereka sesuai dengan target saya, tanpa
mempertimbangkan mereka senang atau tidak dengan metode dan media yang saya
gunakan dalam mengajar, apakah mereka bisa paham dengan gaya belajar yang saya
terapkan, dan lain sebagainya. Saya akan merasa agak emosi jika siswa-siswa
saya tidak bisa mencapai target yang saya harapkan dari mereka. Saya hanya
fokus pada mengajar materi atau konten bahasa Inggris tanpa menyelipkan unsur
sosio kultural yang bisa dijadikan sebagi sumber belajar untuk memperkuat
karakter siswa.
Setelah beberapa hari mengikuti program guru penggerak dan mempelajari
modul, membuka pikiran dan pandangan saya tentang bagaiman menjadi guru atau
pendidik yang baik. Merdeka belajar yang dicetuskan oleh Kemendikbud dengan
mengadopsi pemikiran Ki Hajar Dewantara sungguh luar biasa. Dimana kita sebagai
guru berfungsi bukan saja memberikan pengajaran kepada siswa kita, akan tetapi
juga mendidik atau menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan
memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka
dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho),
membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan
(tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka
menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan
mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Peran Pendidik diibaratkan seorang petani atau
tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari
tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda
jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa
melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang
berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan
bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti
kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak
tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Dan dalam kehidupan
sehari-hari baik yang kita lihat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
keluarga dan tetangga bahwa memang benar
jika anak berbakat dalam bidang seni, misalnya tidak akan bisa dipaksa untuk
menguasai bidang lain seperti mata pelajaran eksak secara maksimal. Dan dalam
keluarga saya sendiri, anak saya yang pertama lebih menyukai olahraga
dibandingkan dengan mata pelajaran matematika ataupun Bahasa Inggris. Saya
berharap dia bisa menekuni atau mengambil jurusan Bahasa Inggris seperti saya,
akan tetapi itu tidak bisa dipaksakan karena dia lebih menyukai olah raga dan
mengambil jurusan olahraga sesuai minatnya. Dan alhamdulillah karena itu adalah
minatnya maka dia benar-benar mendalami hal itu dengan suka hati dan
berprestasi di bidang sepakbola dan futsal. Dan sekarang saya menyadari bahwa
masing-masing anak membawa kodratnya masing-masing dan tugas kita sebagai guru
dan orang tua adalah mempertebal garis kodrat yang masih samar-samar yang sudah
dibawa sejak lahir.
KHD juga mengingatkan para
pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun
tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu.
Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan
dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat
atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus
sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka
agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga
menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
Dan berangkat dari pemikiran Ki Hajar
Dewantara di atas, maka saya mulai merubah mindset
saya tentang tugas dan fungsi saya sebagai guru atau pendidik. Saya mulai
mendekati anak didik saya secara personal, mengenai latar belakang keluarga,
apakah waktu SD sudah belajar bahasa Inggris atau tidak, hoby atau minat
mereka, dan juga mengadakan asesmen diagnostik untuk mengetahui gaya belajar
yang cocok bagi mereka. Saya sudah tidak emosi lagi jika melihat bahwa ada anak
didik saya yang sulit memahami apa yang saya ajarkan, melainkan hal itu saya
jadikan sebagai dasar untuk bertanya atau mengulik informasi dari mereka
tentang apa yang menyebabkan mereka sulit untuk paham, dan tentunya saya juga
mengevaluasi metode mengajar saya. Dan setelah belajar modul tentang Refleksi
Diri dimana kita diberika tugas oleh fasilitator untuk mengangkat sosial kultural
yang ada di daerah kita sebagai sumber belajar untuk mempertebal karakter
siswa. Saya jadinya memulai untuk mencari kira-kira apa saja sosial kutural
yang ada di sekitar kita yang bisa kita ambil nilai positifnya untuk menebalkan
karakter siswa.
Saya merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan
siswa. Dengan membangun komunikasi yang baik, mereka merasa tidak canggung
dalam mengeluarkan pendapat. Sebagai salah satu aksi nyata untuk menerapkan
pemikiran Ki Hajar Dewantara yang kami laksanakan di sekolah kami pada perayaan
Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022, adalah mengadakan Bazar makanan. Dimana setiap
kelas diberikan jenis makanan yang mereka buat dan jual. Kelas 7 menjual
beraneka macam jenis minuman, kelas 8
menjual beraneka macam jenis makanan ringan atau camilan, dan kelas 9
menjual beraneka macam jenis makanan berat seperti nasi goreng, nasi campur
dll. Ini dimaksudkan agar mereka dapat berkreasi, menuangkan ide atau pendapat
mereka, belajar bertanggung jawab, bekerja sama, berkomunikasi, dan juga melatih
mereka dalam bidang kewirausahaan. Mereka begitu antusias dalam mengikuti bazar
tersebut walaupun masih banyak hal yang harus dievaluasi. Dan semoga pada
kesempatan berikutnya kami bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain
sifatnya berpusat pada anak.
FOTO KEGIATAN BAZAR SISWA
Dan untuk pelajaran di kelas, saya akan segera menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait belajar merdeka, dimana saya akan sebisa mungkin menerapakan pembelajaran yang memihak pada siswa. Seperti tidak mengajar secara monoton, menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka, mengadakan pendekatan personal,baik dengan siswa maupun dengan orang tua, dan menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman siswa-siswa saya. Dan juga menuntun mereka untuk memeperbaiki budi pekertinya dan mempertebal kodrat dasar yang sudah mereka bawa sejak lahir agar nantinya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.
Saya harus tergerak dulu untuk melakukan perubahan di sekolah saya, selanjutnya bergerak dalam rangka mengaplikasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dan terakhir adalah menggerakkan semua guru dan siswa yang ada di sekolah saya demi kemajuan pendidikan Indonesia yang bermartabat.
SALAM GURU PENGGERAK
"Tergerak, Bergerak, Menggerakkan"
Lombok Timur, 7 Nopember 2022