Senin, 07 November 2022

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Tugas  1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Oleh :  MISPALAH, S.Pd.

CGP Angkatan 7

SMPN 2 LABUHAN HAJI






Di tahun 2022 saya berkesempatan untuk mengikuti Program Calon Guru Penggerak Angkatan ke 7. Sebenarnya dari angkatan ke 1 saya sudah mencoba untuk mendaftarkan diri, tapi waktu mengisi essay saat itu, saya kehabisan waktu, sehingga tidak bisa lolos ke tahap berikutnya. Dan saya terus mencoba di kesempatan-kesempatan berikutnya dan di Angkatan ke 7 inilah Alloh memberikan kesempatan bagi saya.

Mengapa saya tertarik dengan Program Guru Penggerak ini? Karena saya yakin setiap program yang diluncurkan oleh pemerintah adalah hal-hal yang sudah dipikirkan dengan matang untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Setelah dinyatakan lulus pada Angkatan ke 7 dan selanjutnya mengikuti pretest tanggal 21 Oktober 2022 dan dilanjutkan dengan mempelajari modul 1, mengikuti Loka Karya I tanggal 23 Oktober 2022. Dan mulai saat itu saya mendapatkan pengalaman baru dari Praktik Pengajar, teman-teman CGP lainnya dan selanjutnya materi lebih mendalam saya dapatkan dari mempelajari modul dan juga bimbingan dari Bapak Fasilitator dan Ibu Instruktur.

Sejujurnya saya akui, sebelum mengikuti Program Calon Penggerak ini, saya percaya bahwa saya akan merasa berhasil sebagai guru jika siswa-siswa saya berhasil mendapat nilai yang bagus atau bisa mencapai target yang saya inginkan. Dan saya adalah termasuk guru yang masih agak kaku dalam mengajar, lebih sering menggunakan metode ceramah atau lebih mendominasi di dalam kelas. Karena kebetulan mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Bahasa Inggris yang bisa dibilang pelajaran yang agak sulit bagi siswa dan juga tidak begitu diminati. Jadi, dengan saya menjelaskan semua materi yang saya ajarkan dengan kemampuan ilmu yang saya miliki akan membuat siswa saya bisa memahami materi tersebut. Saya kadang termasuk tipe orang yang idealis yang berharap agar semua siswa saya bisa cepat memahami apa yang saya ajarkan dan bisa dan berharap mereka sesuai dengan target saya, tanpa mempertimbangkan mereka senang atau tidak dengan metode dan media yang saya gunakan dalam mengajar, apakah mereka bisa paham dengan gaya belajar yang saya terapkan, dan lain sebagainya. Saya akan merasa agak emosi jika siswa-siswa saya tidak bisa mencapai target yang saya harapkan dari mereka. Saya hanya fokus pada mengajar materi atau konten bahasa Inggris tanpa menyelipkan unsur sosio kultural yang bisa dijadikan sebagi sumber belajar untuk memperkuat karakter siswa.

Setelah beberapa hari mengikuti program guru penggerak dan mempelajari modul, membuka pikiran dan pandangan saya tentang bagaiman menjadi guru atau pendidik yang baik. Merdeka belajar yang dicetuskan oleh Kemendikbud dengan mengadopsi pemikiran Ki Hajar Dewantara sungguh luar biasa. Dimana kita sebagai guru berfungsi bukan saja memberikan pengajaran kepada siswa kita, akan tetapi juga mendidik atau menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Peran Pendidik diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Dan dalam kehidupan sehari-hari baik yang kita lihat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga  dan tetangga bahwa memang benar jika anak berbakat dalam bidang seni, misalnya tidak akan bisa dipaksa untuk menguasai bidang lain seperti mata pelajaran eksak secara maksimal. Dan dalam keluarga saya sendiri, anak saya yang pertama lebih menyukai olahraga dibandingkan dengan mata pelajaran matematika ataupun Bahasa Inggris. Saya berharap dia bisa menekuni atau mengambil jurusan Bahasa Inggris seperti saya, akan tetapi itu tidak bisa dipaksakan karena dia lebih menyukai olah raga dan mengambil jurusan olahraga sesuai minatnya. Dan alhamdulillah karena itu adalah minatnya maka dia benar-benar mendalami hal itu dengan suka hati dan berprestasi di bidang sepakbola dan futsal. Dan sekarang saya menyadari bahwa masing-masing anak membawa kodratnya masing-masing dan tugas kita sebagai guru dan orang tua adalah mempertebal garis kodrat yang masih samar-samar yang sudah dibawa sejak lahir.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Dan berangkat dari pemikiran Ki Hajar Dewantara di atas, maka saya mulai merubah mindset saya tentang tugas dan fungsi saya sebagai guru atau pendidik. Saya mulai mendekati anak didik saya secara personal, mengenai latar belakang keluarga, apakah waktu SD sudah belajar bahasa Inggris atau tidak, hoby atau minat mereka, dan juga mengadakan asesmen diagnostik untuk mengetahui gaya belajar yang cocok bagi mereka. Saya sudah tidak emosi lagi jika melihat bahwa ada anak didik saya yang sulit memahami apa yang saya ajarkan, melainkan hal itu saya jadikan sebagai dasar untuk bertanya atau mengulik informasi dari mereka tentang apa yang menyebabkan mereka sulit untuk paham, dan tentunya saya juga mengevaluasi metode mengajar saya. Dan setelah belajar modul tentang Refleksi Diri dimana kita diberika tugas oleh fasilitator untuk mengangkat sosial kultural yang ada di daerah kita sebagai sumber belajar untuk mempertebal karakter siswa. Saya jadinya memulai untuk mencari kira-kira apa saja sosial kutural yang ada di sekitar kita yang bisa kita ambil nilai positifnya untuk menebalkan karakter siswa.

Saya merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan siswa. Dengan membangun komunikasi yang baik, mereka merasa tidak canggung dalam mengeluarkan pendapat. Sebagai salah satu aksi nyata untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang kami laksanakan di sekolah kami pada perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022, adalah mengadakan Bazar makanan. Dimana setiap kelas diberikan jenis makanan yang mereka buat dan jual. Kelas 7 menjual beraneka macam jenis minuman, kelas 8  menjual beraneka macam jenis makanan ringan atau camilan, dan kelas 9 menjual beraneka macam jenis makanan berat seperti nasi goreng, nasi campur dll. Ini dimaksudkan agar mereka dapat berkreasi, menuangkan ide atau pendapat mereka, belajar bertanggung jawab, bekerja sama, berkomunikasi, dan juga melatih mereka dalam bidang kewirausahaan. Mereka begitu antusias dalam mengikuti bazar tersebut walaupun masih banyak hal yang harus dievaluasi. Dan semoga pada kesempatan berikutnya kami bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain sifatnya berpusat pada anak.

FOTO KEGIATAN BAZAR SISWA


Dan untuk pelajaran di kelas, saya akan segera menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait belajar merdeka, dimana saya akan sebisa mungkin menerapakan pembelajaran yang memihak pada siswa. Seperti tidak mengajar secara monoton, menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka, mengadakan pendekatan personal,baik dengan siswa maupun dengan orang tua, dan menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman siswa-siswa saya. Dan juga menuntun mereka untuk memeperbaiki budi pekertinya dan mempertebal kodrat dasar yang sudah mereka bawa sejak lahir agar nantinya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.  
Saya harus tergerak dulu untuk melakukan perubahan di sekolah saya, selanjutnya bergerak dalam rangka mengaplikasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara   dan terakhir adalah menggerakkan semua guru dan siswa yang ada di sekolah saya demi kemajuan pendidikan Indonesia yang bermartabat.
            
                                                            
                                                        SALAM GURU PENGGERAK
"Tergerak, Bergerak, Menggerakkan"

                                                                                                    

                                                                    Lombok Timur, 7 Nopember 2022





AKSI NYATA MODUL 1.4

  AKSI NYATA MODUL 1.4 OLEH     :     MISPALAH, S.Pd. CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7 UNIT KERJA     :     SMPN 2 LABUHAN HAJI LATAR ...