Pertemuan ke 5
Hari/Tanggal : Jum’at, 27 Mei
2022
Narasumber : Dra. E. HASANAH, M.Pd.
Moderator : DAIL MA’RUF, M.Pd.
Tema : Gairah Manulis Puisi
Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum warohmatullohi
Wabarokatuh. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Alloh Yang Maha Kuasa agar
kita dapat melaksanakan ibadah serta aktifitas-aktifitas lainnya.
Alhamdulillah pada malam ini, Jum’at
tanggal 27 Mei 2022 kita masih diberi
kesehatan dan kesempatan untuk mengikuti pertemuan ke 5 kegiatan Belajar
Menulis dengan tema “Gairah Manulis Puisi”dimana narasumbernya yaitu Dra.
E.Hasanah, M.Pd. dan moderator Bapak Dail Ma’ruf, M.Pd. Kegiatan pertemuan ke 5
ini dibuka oleh moderator dengan mengajak peserta untuk berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
Selanjutnya narasumber memperkenalkan
diri. Dan inilah CV beliau.
Beliau juga jebolan dari Belajar Menulis angkatan 18. Beliau belajar puisinya di komunitas belajar menulis dan blogger juga. Belajar puisi telelet, akrostik, atau puisi-puisi lainnya. Beliau sudah banyak menulis buku solo dan sekitar 60 buku antologi selama 1 tahun. Luar biasa, dan Tim solid Om Jay memang orang-orang pilihan.
Materi dimulai dengan
menerjemahkan arti masing-masing kata dari tema kita malam ini yaitu Gairah
menulis puisi.
GAIRAH artinya keinginan kuat ,
bersemangat.
PUISI artinya ragam sastra yang
terikat : irama matra, rima , bahasa, penyusunan larik dan bait.
Untuk pemula biasanya lebih
disukai puisi bebas karena si penulis bebas menuliskan isi hatinya.
Setelah sekitar 1 jam memberikan
materi, Ibu narasumber memberikan tantangan kepada para peserta untuk membuat
puisi, dan 3 puisi terbaik akan mendapatkan hadiah buku. Para peserta sangat
antusias mengikutinya. Temanyapun berbeda-beda, mulai dari puisi cinta, religi, alam, dsb. Dan saya banyak mendapat inspirasi, pengetahuan dan pengalaman berharga dari puisi-puisi tersebut.
Beberapa puisi karaya para peserta Belajar Menulis
1. Karya Tri Mahayanti
LORONG LORONG KEHIDUPAN
Pojok pasar legi
Toko toko masih tertutup rapi
Jalanan lengah sepi
Suara kendaraan tak berbunyi
Orang orang kaya masih dalam mimpi,
Berselimut kain tebal penghangat dir.
Kulangkahkan kaki menuju pasar pagi
Bermodalkan semangat dan harga diri
Menunggu pelanggan yang sudi menggunakan jasaku
Memanggul barang
Rupiah demi rupiah kukumpulkan untuk menyambung hidup
Ketika sang fajar menanpakan diri,
Badanku sudah bermandikan keringat.
Walaupun yang kudapat tak sebanding dengan tenagaku.
Ini yang kubisa lakukan,
Ketrampilan tak kumiliki, apalagi ijazah perguruan tinggi.
2. Karya Venice Rahayu
Selalu Saja Aku Jatuh Cinta Pada-Mu ()
Aku telah memanggil-Mu dalam keheningan
Aku menangis
Kubawa ceritaku kehadapan-Mu
Dan Engkau memelukku erat
Malam itu, aku terlelap di pangkuan-Mu
3. Karya Emutwae
Aku terpukau oleh goresan pena
Anganku melayang inginkan sama
Merenda kata menjadi sebuah makna
Melaju menyatukan diri dalam sebuah komunitas
Untuk mencari sebuah identitas
Sudahkah aku pantas
Meraih gelar penulis ?
Meski tertatih, tak buatku lelah
Apalagi pasrah
Bersama sahabat dalam satu wadah
Torehkan karya agar kelak menjadi sejarah
4. Karya Rhudatul Jannah
Menoreh malam sayu diterpa angin
Sejak siang aku asyik dengan bidadari kecilku
Bias bias secercah harapan pertemuan di majlis ilmu
Gairah menulis puisi menggugah nafsuku untuk menanti
5. Karya Yandri Novita Sari
Purnama di renggut paksa oleh pagi.
Terpecah dan tiap lengkungannya runtuh.
Pagi menyulut dengan rona angkuh.
Memuntahkan cahaya hingga purnama pucat pasih.
Mendekap mendekap dan terus mendekap.
Hingga purnama terhangati dalam pelukan pagi.
Berbalut ketidak warasan.
Di sanggul oleh kemunafikan.
Purnama menjelma menjadi sepasang kekasih.
Mesra meneguk tiap tegukan kopi yang tersaji di setiap pagi.
Kini purnama terus menyatu.
Menyisakan luka sayatan tanpa ada obat penawar.
Mata yang terus menunggu di sudut malam.
Melihat ke elokan cahayanya hanya bisa terisak tanpa air mata.
Mengalir hanya ke dalam sukma.
Aku bungkam rindu, menua lah dalam luka ku yang belum kunjung sembuh..
Sudut sendu,
6. Karya Indaryati
Siswa ku
Di pagi yang cerah
Sambil berlari kecil
Ku sambut kedatangan mu
Di madrasah idola kita
Ilmu pengetahuan kau jemput dengan suka cita
Wajah ceria selalu ada
Semangat belajar ada di dada
Menjemput jemput keberhasilan
7. Karya Dail Ma'ruf
FATAMORGANA
Kataku itu luar biasa
Namun katamu tu Biasa
Milikku itu istimewa
Milikmu juga istimewa
Bahagia itu apa sesungguhnya
Apakah banyaknya harta
Ataukah kecukupan dengan yang ada
Setiap orang punya arti berbeda
Bahaga itu bagaimana
Apakah terwujudnya semua asa
Ataukah kesyukuran atas apa yang diterima
Sekali lagi setiap kita punya makna yang berbeda
8. Karya Ilham
Aku dan dia
Aku tak kenal dirimu
Tapi engkau mengenalku
Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat padamu
Hati ini terpanah olehmu
Tapi mungkin kan itu terjadi
Semuanya ku serahkan pada sang pencipta
9. Karya Rumiati
Senja mulai merambah
Sang surya mulai rendah
Burung mengepak sayap
tuk pulang
bersandar di parebahan
Waktu sudah teratur
Bagi makhluk yang bersyukur
Sutradara kehidupan maha pengatur
Jangan mengelak untuk bersyukur
10. Karya ...
Semburat merah warna senja itu
Matahari siap terbenam
awan pun enggan bergerak
hingga langit tampak bersih
prahara senja terjadi
emosi bocah meluap
tatkala kejailan bersama teman
Kucoba menunggu keraguan itu
harapku tak kan terjadi
Namun
yang kuinginkan tak kunjung ada
belaian sayang
nasehat bijak
kata-kata bujukan indah
tiada tampak olehku
wajah muram lagi dingin
mulut bungkan
diam membisu
tatapan mata tiada arti
sedih kumelihat
Apakah tanda cinta
apakah tanda sayang
aku sungguh takut
keraguanku terjadi
Hati tetap harus kuat
Kupasrahkan smua pada Illahi
Semoga slalu dilindungiNya
11. Karya Elen Pakpahan
Hatiku tak sedang bergairah
Tulang-tulangku terasa patah
Badanku merasa lelah
Karena hariku menghadapi beberapa masalah
Tuhan, bantu aku
Topik pertemuan malam ini kesukaanku
Tetapi mengapa
Nyaliku untuk fokus entah di mana
Semoga galau ini tak berlanjut
Kuambil minuman penghangat perut
Sesekali kakiku kuurut
Berharap jiwa dan raga jadi penurut
12. Karya Arofiah Afifi
PUISI RINDUKU
Banyak kata yang tak sanggup diuraikan lisan , Berjuta rasa tak sanggup terungkap dalam ucapan,
Selaksa rindu dan sendu berpadu, menyatu pada aksara, tanpa jeda.
Aku ingin menggapai berjuta asa, teriakkan menggema dalam dada.
Mencipta cita menuju cinta.
Merajut kisah penuh kasih asmara
Ribuan asa bermuara
Pada cahaya yang jauh di sana
Kasih, ku nanti dirimu pada ujung senja, merona jingga.
Cinta. Ku ukir namamu pada batu karang yang tak goyah diterjang gelombang.
Rindu. Ku sebut namamu dalam untaian doa. Menuju Arasy NYA.
Wahai cahayaku, bilakah tiba masa kita bersua ?
Ribuan abjad tanpa jeda, ku toreh pada selaksa embun pagi.
Ungkapan jiwa dan isi hati
Wahai cakrawlaaku
Ribuan bintang bercengkrama kubisikkan namamu
Ber arak awan putih kititipkan rinduku untukmu
Wahai rinai, grangan sampaikan tetesan ribuan rinduku
Quote malam ini adalah :
Malampun beranjak larut, dan sekitar pukul 22.25 WIB kegiatan ditutup oleh moderator. Semoga materi malam ini dan puisi-puisi dari rekan-rekan bisa membuka wawasan saya untuk bisa merangkai kata-kata yang indah dalam menulis puisi.
Malampun beranjak larut, dan sekitar pukul 22.25 WIB kegiatan ditutup oleh moderator. Semoga materi malam ini dan puisi-puisi dari rekan-rekan bisa membuka wawasan saya untuk bisa merangkai kata-kata yang indah dalam menulis puisi.
Terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu narasumber
dan Bapak moderator serta semua peserta Belajar Menulis gelombang 25 dan 26.
Semoga Alloh memberkati kita semua dan semoga apa yang kita laksanakan malam
ini bisa bernilai ibadah. Aamiin.
Wassalam
Salam
Literasi.
Lombok Timur, 27 Mei 2022
Keren.. lengkap👍🏻🙏🏻
BalasHapuskeren, lengkap, semangat selalu 👍
BalasHapusPuisi teman-teman keren semua.semangat.
BalasHapus