Kamis, 26 Januari 2023

AKSI NYATA MODUL 1.4

 AKSI NYATA MODUL 1.4

OLEH    :    MISPALAH, S.Pd.

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7

UNIT KERJA    :    SMPN 2 LABUHAN HAJI


  • LATAR BELAKANG

Penerapan budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk menunjang lingkungan belajar yang kondusif. Guru dan tenaga kependidikan lainnya berkewajiban memberikan contoh yang baik bagi para siswa agar tercipta lingkungan belajar yang nyaman, aman dan tertib. Pembiasaan-pembiasaan positif perlu ditanamkan kepada siswa, agar nantinya lambat laun akan menjadi budaya positif di sekolah tersebut, dimana semua warga sekolah akan menjalankan budaya positif tersebut dengan baik tanpa merasa ada unsur keterpaksaan. Misalnya jika setiap hari anak dicontohkan dan dibina untuk menjaga kebersihan, maka secara tidak langsung mereka akan terbiasa membuang sampah pada tempatnya, membersihkan kelas dengan sukarela. Begitu juga dengan pembiasaan-pembiasaan lainnya seperti membiasakan disiplin, bertanggung jawab, senyum, sapa, mengucapkan salam, disiplin, menghoramayi orang lain, dan sebagainya. Dan jika budaya positif itu terlaksana, maka hal tersebut akan mempengaruhi karakter dan semangat belajar siswa menjadi lebih baik.

  • TUJUAN AKSI NYATA

Adapun tujuan aksi nyata yang dilakukan Calon Guru Penggerak adalah:

1. Pembiasaan budaya positif ditujukan untuk menciptakan suasana belajar dan lingkungan sekolah yang lebih kondusif, nyaman dan menyenangkan

2. Budaya positif diterapkan agar siswa merasa nyaman menjalankan tata tertib sekolah tanpa ada rasa terpaksa

3. Melatih tanggung jawab dan kedisiplinan peserta didik di lingkungan kelas dan sekolah.

4. Terciptanya hubungan yang lebih baik antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa sertasemua pihak yang terlibat.

 

  • TOLAK UKUR KEBERHASILAN

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan mengontrol aksi nyata agar terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka digunakan tolak ukur sebagai berikut:

1. Peserta didik mampu menjalankan budaya positif yang sudah disepakati

Peserta didik mampu menjalankan keyakinan kelas/ sekolah yang sudah disepakati tanpa ada rasa keterpaksaan seperti menjaga kebersihan, disiplin, bertanggung jawab, menerapkan salam, sapa dan senyum, saling menghormati dan lain sebagainya.

2. Peserta didik menunjukkan sikap aktif, sopan dan seriusmengikuti proses pembelajaran.

Peserta didik menunjukkan sikap berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Peserta didik bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan guru.

Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh semangat dan tanggungjawab.

4. Peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Peserta didik berani bertanya jika kurang paham dengan materi pembelajaran, mampu menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru, memiliki rasa percaya diri untuk menunjukkan hasil karyanya.

  • LINIMASA YANG AKAN DILAKUKAN

Calon Guru Penggerak melaksanakan aksi nyata yang diterapkan dalam pembelajaran sehari – hari. Diawali dengan membuat keyakinan kelas, menempel keyakinan kelas yang sudah disepakati agar mereka tetap mengingat kesepakatan yang sudah mereka buat, menempel jadwal piket kebersihan kelas, memajang poster terkait kebersihan, melengkapi alat-alat kebersihan di kelasanak guna mendukung bersihnya lingkungan kelas yang tentunya berdampak terhadap semangat belajar siswa.

 Adapun langkah-langkah aksi nyata yang dilakukan :

1. Meminta ijin dan berkoordinasi dengan Kepala Sekolah untuk melaksanakan aksi nyata.

2. Membuat rencana tindakan pengembangan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada anak.

3. Membuat keyakinan kelas sebagai dasar budaya positif yang akan selalu diyakini setiap peserta didik.

4. Tetap mengontrol keterlaksanaan keyakinan kelas yang sudah dibuat

5. Melaksanakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan nalar dan kreativitas serta tanggung jawab siswa.

6. Melakukan refleksi dan evaluasi.

  • TANTANGAN KEGIATAN

1. Masih ditemukan peserta didik yang belum paham tentang keyakinan kelas sehingga dalam kegiatan pembelajaran memerlukan bimbingan secara berkelnjutan.

2. Sebagian besar siswa masih kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapat dan ide mereka

3. Masih agak sulit menjalin kolaborasi dengan para guru lainnya karena mereka juga mempunyai kesibukan tersendiri dan masih kurangnya apresiasi mereka terhadap program guru penggerak.

 

  • DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Untuk mewujudkan rancangan tindakan aksi nyata, maka Calon Guru Penggerak membutuhkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, antara lain:

1. Stakeholder

Calon Guru Penggerak dalam melaksanakan aksi nyata membutuhkan dukungan dari Kepala Sekolah maupun rekan sejawat melalui koordinasi dan kolaborasi supaya penerapan budaya positif dapat berjalan sesuai dengan rencana.

2. Orang tua murid

Orang tua murid memberikan dukungan dalam pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan guru di sekolah dengan memfasilitasi anak – anak dengan menyediakan bahan dan alat yang digunakan dalam pembelajaran. Orang tua juga menjadi pengontrol perilaku siswa saat di rumah dan nantinya akan berkolaborasi bersama guru untuk membahas perkembangan siswa.

3. Media yang digunakan

Media yang digunakan dalam tindakan aksi nyata ini memberi kemudahan guru dalam penyampaian materi maupun hal-hal yang berkaitan dengan pembiasaan budaya positif. Media ini dapat berupa poster, video, maupun power point yang dibuat guru.  

DOKUMENTASI HASIL AKSI NYATA  

1. Koordinasi dengan Kepala Sekolah


2. Membuat keyakinan kelas
a. Guru menjelaskan tentang keyakinan kelas


b. Guru membimbing siswa untuk membuat ide/pendapat tentang suasana kelas yang mereka idamkan


c. Siswa menempel ide mereka terkait kelas yang mereka idamkan


d. Guru membacakan hasil dari ide yang sudah ditulis oleh masing-masing siswa


e. Guru dan siswa menyimpulkan kesepakatan kelas 


f. Menempel hasil kesepakatan/keyakinan kelas di kelas






DOKUMENTASI TERKAIT PENERAPAN BUDAYA POSITIF TENTANG MENJAGA KEBERSIHAN


















Senin, 07 November 2022

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Tugas  1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Oleh :  MISPALAH, S.Pd.

CGP Angkatan 7

SMPN 2 LABUHAN HAJI






Di tahun 2022 saya berkesempatan untuk mengikuti Program Calon Guru Penggerak Angkatan ke 7. Sebenarnya dari angkatan ke 1 saya sudah mencoba untuk mendaftarkan diri, tapi waktu mengisi essay saat itu, saya kehabisan waktu, sehingga tidak bisa lolos ke tahap berikutnya. Dan saya terus mencoba di kesempatan-kesempatan berikutnya dan di Angkatan ke 7 inilah Alloh memberikan kesempatan bagi saya.

Mengapa saya tertarik dengan Program Guru Penggerak ini? Karena saya yakin setiap program yang diluncurkan oleh pemerintah adalah hal-hal yang sudah dipikirkan dengan matang untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Setelah dinyatakan lulus pada Angkatan ke 7 dan selanjutnya mengikuti pretest tanggal 21 Oktober 2022 dan dilanjutkan dengan mempelajari modul 1, mengikuti Loka Karya I tanggal 23 Oktober 2022. Dan mulai saat itu saya mendapatkan pengalaman baru dari Praktik Pengajar, teman-teman CGP lainnya dan selanjutnya materi lebih mendalam saya dapatkan dari mempelajari modul dan juga bimbingan dari Bapak Fasilitator dan Ibu Instruktur.

Sejujurnya saya akui, sebelum mengikuti Program Calon Penggerak ini, saya percaya bahwa saya akan merasa berhasil sebagai guru jika siswa-siswa saya berhasil mendapat nilai yang bagus atau bisa mencapai target yang saya inginkan. Dan saya adalah termasuk guru yang masih agak kaku dalam mengajar, lebih sering menggunakan metode ceramah atau lebih mendominasi di dalam kelas. Karena kebetulan mata pelajaran yang saya ajarkan adalah Bahasa Inggris yang bisa dibilang pelajaran yang agak sulit bagi siswa dan juga tidak begitu diminati. Jadi, dengan saya menjelaskan semua materi yang saya ajarkan dengan kemampuan ilmu yang saya miliki akan membuat siswa saya bisa memahami materi tersebut. Saya kadang termasuk tipe orang yang idealis yang berharap agar semua siswa saya bisa cepat memahami apa yang saya ajarkan dan bisa dan berharap mereka sesuai dengan target saya, tanpa mempertimbangkan mereka senang atau tidak dengan metode dan media yang saya gunakan dalam mengajar, apakah mereka bisa paham dengan gaya belajar yang saya terapkan, dan lain sebagainya. Saya akan merasa agak emosi jika siswa-siswa saya tidak bisa mencapai target yang saya harapkan dari mereka. Saya hanya fokus pada mengajar materi atau konten bahasa Inggris tanpa menyelipkan unsur sosio kultural yang bisa dijadikan sebagi sumber belajar untuk memperkuat karakter siswa.

Setelah beberapa hari mengikuti program guru penggerak dan mempelajari modul, membuka pikiran dan pandangan saya tentang bagaiman menjadi guru atau pendidik yang baik. Merdeka belajar yang dicetuskan oleh Kemendikbud dengan mengadopsi pemikiran Ki Hajar Dewantara sungguh luar biasa. Dimana kita sebagai guru berfungsi bukan saja memberikan pengajaran kepada siswa kita, akan tetapi juga mendidik atau menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Peran Pendidik diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Dan dalam kehidupan sehari-hari baik yang kita lihat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga  dan tetangga bahwa memang benar jika anak berbakat dalam bidang seni, misalnya tidak akan bisa dipaksa untuk menguasai bidang lain seperti mata pelajaran eksak secara maksimal. Dan dalam keluarga saya sendiri, anak saya yang pertama lebih menyukai olahraga dibandingkan dengan mata pelajaran matematika ataupun Bahasa Inggris. Saya berharap dia bisa menekuni atau mengambil jurusan Bahasa Inggris seperti saya, akan tetapi itu tidak bisa dipaksakan karena dia lebih menyukai olah raga dan mengambil jurusan olahraga sesuai minatnya. Dan alhamdulillah karena itu adalah minatnya maka dia benar-benar mendalami hal itu dengan suka hati dan berprestasi di bidang sepakbola dan futsal. Dan sekarang saya menyadari bahwa masing-masing anak membawa kodratnya masing-masing dan tugas kita sebagai guru dan orang tua adalah mempertebal garis kodrat yang masih samar-samar yang sudah dibawa sejak lahir.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Dan berangkat dari pemikiran Ki Hajar Dewantara di atas, maka saya mulai merubah mindset saya tentang tugas dan fungsi saya sebagai guru atau pendidik. Saya mulai mendekati anak didik saya secara personal, mengenai latar belakang keluarga, apakah waktu SD sudah belajar bahasa Inggris atau tidak, hoby atau minat mereka, dan juga mengadakan asesmen diagnostik untuk mengetahui gaya belajar yang cocok bagi mereka. Saya sudah tidak emosi lagi jika melihat bahwa ada anak didik saya yang sulit memahami apa yang saya ajarkan, melainkan hal itu saya jadikan sebagai dasar untuk bertanya atau mengulik informasi dari mereka tentang apa yang menyebabkan mereka sulit untuk paham, dan tentunya saya juga mengevaluasi metode mengajar saya. Dan setelah belajar modul tentang Refleksi Diri dimana kita diberika tugas oleh fasilitator untuk mengangkat sosial kultural yang ada di daerah kita sebagai sumber belajar untuk mempertebal karakter siswa. Saya jadinya memulai untuk mencari kira-kira apa saja sosial kutural yang ada di sekitar kita yang bisa kita ambil nilai positifnya untuk menebalkan karakter siswa.

Saya merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan siswa. Dengan membangun komunikasi yang baik, mereka merasa tidak canggung dalam mengeluarkan pendapat. Sebagai salah satu aksi nyata untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang kami laksanakan di sekolah kami pada perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022, adalah mengadakan Bazar makanan. Dimana setiap kelas diberikan jenis makanan yang mereka buat dan jual. Kelas 7 menjual beraneka macam jenis minuman, kelas 8  menjual beraneka macam jenis makanan ringan atau camilan, dan kelas 9 menjual beraneka macam jenis makanan berat seperti nasi goreng, nasi campur dll. Ini dimaksudkan agar mereka dapat berkreasi, menuangkan ide atau pendapat mereka, belajar bertanggung jawab, bekerja sama, berkomunikasi, dan juga melatih mereka dalam bidang kewirausahaan. Mereka begitu antusias dalam mengikuti bazar tersebut walaupun masih banyak hal yang harus dievaluasi. Dan semoga pada kesempatan berikutnya kami bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain sifatnya berpusat pada anak.

FOTO KEGIATAN BAZAR SISWA


Dan untuk pelajaran di kelas, saya akan segera menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait belajar merdeka, dimana saya akan sebisa mungkin menerapakan pembelajaran yang memihak pada siswa. Seperti tidak mengajar secara monoton, menggunakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka, mengadakan pendekatan personal,baik dengan siswa maupun dengan orang tua, dan menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman siswa-siswa saya. Dan juga menuntun mereka untuk memeperbaiki budi pekertinya dan mempertebal kodrat dasar yang sudah mereka bawa sejak lahir agar nantinya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.  
Saya harus tergerak dulu untuk melakukan perubahan di sekolah saya, selanjutnya bergerak dalam rangka mengaplikasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara   dan terakhir adalah menggerakkan semua guru dan siswa yang ada di sekolah saya demi kemajuan pendidikan Indonesia yang bermartabat.
            
                                                            
                                                        SALAM GURU PENGGERAK
"Tergerak, Bergerak, Menggerakkan"

                                                                                                    

                                                                    Lombok Timur, 7 Nopember 2022





Senin, 25 Juli 2022

DIGITALISASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

PERTEMUAN KE 30


Pertemuan Ke 30

Hari/Tanggal : Senin, 25 Juli 2022

Narasumber :  BAMBANG PURWANTO, S.Kom.,Gr.

Moderator :  MULIADI

Tema  : DIGITALISASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

 

Bismillahirrohmanirrohim.

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Alloh Yang Maha Kuasa agar kita dapat melaksanakan ibadah serta aktifitas-aktifitas lainnya.

Alhamdulillah pada malam ini, Senin, 25 Juli 2022 kita masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk mengikuti pertemuan ke 29 kegiatan Belajar Menulis PGRI Nusantara dengan tema DIGITALISASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH dengan narasumber yang sangat berpengalaman Bapak BAMBANG PURWANTO, S.Kom.,Gr.. Dan moderator Bapak MULIADI.

Seperti biasa acara dibuka oleh Moderator dengan ucapan sebagai berikut :

“Bismillah

Assalamualikum warohmatullahi wabarakatuh

Apa kabar bapak ibu, semoga semuanya sehat dan bahagia!

Malam ini adalah malam ke 30, atau malam pamungkas dari seluruh rangkaian pertemuan kegiatan belajar menulis gelombang 25 dan 26.

Meski ini pertemuan terakhir, kita tidak perna berharap pertemuan ini menjadi pertemuan terakhir untuk menulis, sekali-kali tidak ya bapak-ibu.

Sebaliknya aktivitas menulis seharusnya menjadi semakin sering, setiap hari tanpa menulis, seperti om Jay bilang: menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Spesial untuk bapak ibu guru, malam ini kita tidak hanya dimotivasi untuk terus menulis, tetapi lebih dari itu kita akan disugukan bagaimana strategi mengembangkan literasi di sekolah kita.

Keberhasilan menggerakakn program literasi di sekolah, bukan hanya menjadi wacana dan konsep semata, tetapi benar-benar telah diimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan oleh narasumber kita. Ini dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang telah diterima oleh sekolah binaan beliau. Siapa dia???? Siapa lagi kalau bukan Mr Bams

Saya merasa sangat beruntung bisa membersamai Mr Bams untuk sesi terakhir kegiatan belajar menulis malam ini. Selain bisa menambah pengalaman menjadi moderator, juga mendapat kesempatan berharga untuk menggali berbagai pengalaman beliau dalam menjalankan gerakan literasi di sekolah dalam satu tema seminar “* Gerakan Literasi di sekolah*”

Seperti kita ketahui bahwa GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Apa dan bagaimana seharusnya menjalankan GLS agar sukses dan berhasil, biarlah Mr Bams yang akan menjelaskannya sesuai pengalaman yang telah beliau jalani. Namun kata orang, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Untuk mengenal siapa Mr Bams dngan segala aktivitas dan pengalamannya, bapak ibu dapat mengunjungi website ini https://penamrbams.id/cv-bambang-purwanto/

Sebelum saya mempersilahkan Mr Bams untuk mengambil alih sesi ini, sebagai moderator saya ingin mengingatkan bahwa acara malam ini akan kita bagi dalam dua sesi besar, yaitu:

1.  Sesi penyajian materi oleh narasumber

2.  Sesi Tanya jawab

Selanjutnya Bapak narasumber memasuki ruang chat dan memulai pemaparan materinya.

 

Hari ini senang dan bahagia bisa berbagi pengalaman tentang kegiatan literasi di sekolah. Bila ingat tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) itu sudah digaungkan oleh pemerintah sejak tahun 2015. Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Mendikbud mengatakan, Permendikbud tersebut adalah sebuah upaya untuk menumbuhkan budi pekerti anak. Saat itu kegiatan yang paling sering dilakukan adalah kegiatan membaca 15 menit sebelum belajar . Kami melakukan kegiatan GLS sejak tahun 2016 sampai sekarang , walau pandemi pun terus berjalan.

Beliau meminta para peserta menonton link youtube ini https://youtu.be/ERfPc1VcR

GLS dari SMP Taruna Bhakti yang ditampilkan sangat luar biasa menurut saya yang tinggal di sekolah pinggiran. Luar biasa karena didulukun oleh sumber daya dan sarpras yang baik tentunya.

Sebagai guru TIK yang memang senang beraktivitas kegiatan literasi sejak tahun 2003 dengan kegiatan Dongeng Keliling, sejak tahun 2011 mengelola Taman Bacaan menjadi kekuatan yang besar untuk bisa aktif disekolah sebagai Penggiat Literasi.

Karya pertama yang narasumber buat adalah dengan membuat blog kegiatan literasi untuk SMP Taruna Bakti Bandung, yaitu https://literasismptarbak.wordpress.com/





                            


                       
                       


                              

 

Beliau punya pengalaman menjalankan kegiatan membaca 15 menit sebelum belajar sejak tahun 2016. Bagaimana ini bisa dikelola datanya? Siapa saja yang melakukan kegiatan ini setiap hari? Beliau biasanya disela-sela jam kosong, keliling seluruh kelas dengan mencatat berapa siswa yang membaca setiap harinya. Saya menghitung secara manual. Misalnya kelas 7A jumlah siswa 28 yang membaca hanya 20. Maka point literasi kelas 7A adalah 20/28 x 100.

Satu tahun beliau lakukan secara manual. Tahun berikutnya beliau gunakan google form yang harus diisi oleh KM atau Piket Kelas input di lab komputer pada saat istirahat. Kemudian beliau merekap untuk seluruh kelas menjadi point literasi sekolah.

Perkembangan blog literasi beliau ganti dengan website, yang sekarang masih digunakan. Website literasi sekolahnya adalah http://literasi.smp.tarunabakti.sch.id/.

Kegiaatan Literasi di SMP Taruna Bakti yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Senin Membaca Kitab Suci

kami lakukan pendokumentasian secara digital melalui website

bisa dilihat disini

http://literasi.smp.tarunabakti.sch.id/laporan-input-literasi-harian-siswa-senin-25-juli-2022/

2. Selasa-Rabu Membaca Buku yang siswa suka

dokumentasi digital di website sebagai berikut http://literasi.smp.tarunabakti.sch.id/laporan-input-literasi-harian-siswa-selasa-19-juli-2022/

3. Kamis yaitu Pembacaan Cerita oleh Bapak Ibu Guru

Ini program tahun ajaran baru yang baru akan dilakukan baru hari Kamis ini.

4. Jumat Curhat Siswa

dokumentasi digital website sebagai berikut http://literasi.smp.tarunabakti.sch.id/laporan-input-literasi-harian-siswa-jumat-22-juli-2022/

Nah bagaimana menghitung point literasi, saksikan video ini

https://youtu.be/V7iQ--vRMxE

Prestasi SMP Taruna Bakti di bidang Literasi adalah Juara Utama Kategori Sekolah Literasi di Kota Bandung pada tahun 2019, Berbarengan Mr. Bams secara pribadi mendapatkan Penghargaan sebagai Penggiat Literasi di Kota Bandung, mendapatkan penghargaan dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung.

 

 


Diatas adalah hasil dari sebuah proses perjalanan panjang dalam kegiatan literasi yang sampai sekarang masih tetap dijalani.

Malam ini narasumber ingin mengajak bahwa kegiatan literasi sekolah menjadi hal yang sangat penting untuk bisa terus dikembangkan. Harapannya setiap guru bisa menjadi pejuang literasi disekolahnya. Tidak hanya hebat karena menulis untuk diri sendiri akan tetapi bisa berkontribusi di sekolah dan di masyarakat.

Karya-karya yang kita buat bisa disimpan dengan platform digital. Narasumber pernah membuat Kalimat Bahagia Mr. Bams.

https://penamrbams.id/category/kalimat-bahagia-mr-bams/



Tanpa megurangi rasa hormat kepada semuanya, inilah yang sudah beliau kerjakan. Perjalanan panjang membangun gerakan literasi sejak tahun 2016 disekolah masih terus dilakukan. Posisi koordinator literasi beliau sejak tahun ajaran 2019-2020 dan 2022-2023 saya mendapat amanah Pembina OSIS dan MPK.

Dan demikianlah paparan materi dari Mr. Bams.

Selanjutnya adalah sesi tanya jawab.

 

*P1

Assalaamu'alaikum pak.

Yandri novita sari izin bertanya pak.

1. Kegiatan dongeng keliling yang bapak lakukan mengangkat cerita seputar apa pak?

2. Kendala apa yang bapak temui selama melakukan kegiatan literasi sekolah pak?

Jawaban : Terima kasih Bu Yandri Novita Sari

1. Kegiatan dongeng saya lakukan secara intens sejak tahun 2003 sampai sekarang. Mengajar mulai tahun 2008 di SMP Taruna Bakti. Dongeng yang saya sampaikan lebih banyak dongeng untuk anak-anak TK/RA/PAUD dengan dongeng yang menyampaikan pesan-pesan moral. Saat mendongeng saya gunakan nama Ayah Salwa. Berbeda dengan panggilan anak-anak di sekolah mereka memanggil Mr. Bams

2. Kendala biasanya tidak semua guru siap membantu. Apalagi diawal saya lakukan dengan suka rela tidak ada SK (2016-2019). Harus siap kerja sendiri. Harus berani mengajak teman-teman yang satu visi atau senang dengan kegiatan literasi.

 

*P2

Assalamualaikum Pak pembahasan pada malam hari ini sangat menarik sekali masalah literasi. Kita tau bahwa pada saat ini semua anak sangat susah mengajaknya untuk berliterasi. Apalagi kalau mereka itu sudah memegang gadget. Mereka malah sibuk dengan gadgetnya. Dan kalau sudah sekolah kebanyakan mereka itu sudah malas untuk membaca. Kalau membaca Alquran Pak kami sudah melakukannya setiap pagi sebelum belajar. Bahkan anak-anak kami sudah banyak yang hafal ayat-ayat Alquran. Akan tetapi untuk membaca buku mereka sangatlah susah.

Saya bu Elmi dari Riau bm 25 mau bertanya Pak.

Apa langkah - langkah yang harus dilakukan untuk mengajak anak Didik kita agar mencintai dunia literasi,  bukan cuma disekolah akan tetapi juga di luar sekolah.

Jawaban : Waalaikumsalam Bu Elmi

Kegiatan literasi tidaklah hanya membaca buku, banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan. Tim Literasi Sekolah harus mampu membuat kegiatan literasi yang beragam. Sekolah kami melakukan kegiatan dengan pengolahan data dengan sangat baik. Setiap siswa yang melakukan kegiatan mendapatkan poin literasi. Aktivitas literasi di sekolah kami dokumentasikan di website agar diketahui oleh siswa tersebut, wali kelas dan manajemen sekolah. Lakukan terus menerus agar siswa merasa diperhatikan. Semoga program yang dibuat sekolah bisa dinikmati oleh semua pihak di sekolah.

 

*P3

Assalamualaikum..

Saya Rusdawati dari Palangka Raya.

Untuk sekolah saya selama ini ada kegiatan literasi yg dilakukan oleh guru-guru terutama guru Bahasa, namun keg tersebut masih belum membudaya untuk semua warga sekolah.

 Bagaimana memulai kegiatan literasi di sekolah, karena kita tidak  bisa sendiri melaksanakan kegiatan tsb tanpa dukungan dari semua pihak.

Jawaban : Waalaikumsalam w.w. Ibu Rusdawati

Sebaiknya kegiatan literasi merupakan kegiatan resmi. Guru guru yang dilibatkan didukung oleh Kepala Sekolah. Buatlah program literasi oleh Tim Literasi Sekolah dengan sepengetahuan Kepala Sekolah. Sosialisasikan program literasi tersebut dalam setiap kegiatan sekolah. Dukungan dari Kepala Sekola menjadi hal yang sangat penting agar bisa diikuti oleh guru-guru yang lain. Terus berjuang dan berjuang, tentunya hasil bukanlah yang utama akan tetapi perjuangan yang terus menerus menjadi hal yang sangat wajib dilakukan. Selamat mencoba.

 

Selanjutnya adalah acara penutup. Dan moderator menutup acara dengan mengucapkan Hamdallah.

 

Demikian resume saya kali ini, semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan orang lain. Dan semoga ini bisa menjadi contoh bagi saya dalam menerapkan Literasi sekolah.

Terima kasih banyak untuk narasumber hebat dan moderator yang luar biasa serta kepada semua peserta pelatihan malam ini.

Sampai bertemu di pertemuan berikutnya. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kita kesehatan dan kesempatan untuk terus belajar. Aamiin

 

Wassalam

 

Salam Literasi

 

Lombok Timur, 25 Juli 2022

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             

 

             

 

               

 

 

     

 

             

 

           

 

           

 

           

 

 

 

 


AKSI NYATA MODUL 1.4

  AKSI NYATA MODUL 1.4 OLEH     :     MISPALAH, S.Pd. CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7 UNIT KERJA     :     SMPN 2 LABUHAN HAJI LATAR ...